Bila
didekati kemelut sebenarnya menyimpul
makna
warna jingga menyeberangi duri saujana
desa
terpinggir. Seperti lewat jalan ini menyeberangi
liku
batu-batu habuk
dan waktu yang panjang
mendekatkan
kata bahawa ada duka yang disemai
di
ladang negeriku.
Ketika menyusuri jalan ke arah wawasan
aduh
masih terdengar
tak
lapuk disapa masa beredar
tak
lapuk berlagu di bibir generasi lampau
dan
generasi risau.
Para
pemimpin desa berkumpul suatu hari
hari
kenduri
bincang
mereka bagaimana mendatangkan YB
menimbang
keputusan dan segala janji.
Pilihanraya umpama ketam yang berjalan
dalam lumpur
berbicara
tidak seretorik dahulu kala
di
atas pentas tanpa kuasa dan ketika berkuasa
di
atas kerusi langsung alpa wibawanya!
Hari
itu, liku yang dilalui masih sama
bertahun
menunggu wajah baru
warna
desaku masih seperti dulu
pemimpin
berganti, duka kami tidak
katajanji
bersilih diucap, katabukti tak selesai digarap.